Anies Mengutamakan Prestasi dan Rekam Jejak dalam Memilih Pejabat di Kemendikbud

Ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada periode 2014-2016, Anies telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas internal pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Salah satu upaya yang dilakukan Anies adalah mengangkat Dirjen berdasarkan meritokrasi. Artinya, Anies mengangkat Dirjen berdasarkan prestasi dan rekam jejak yang baik, bukan pada status sosial atau nepotisme. 

Anies juga menginstruksikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyusun sistem seleksi Dirjen yang berbasis pada kompetensi dan kinerja.

Salah satu kebijakan itu yaitu ketika Hilmar Farid diangkat sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi pada tahun 2015. Hilmar Farid merupakan seorang akademisi dan peneliti yang memiliki pengalaman dan kompetensi yang mumpuni di bidang pendidikan tinggi. Bahkan Hilmar Farid berstatus non-PNS kala itu. 

Beberapa poin penting yang telah dilakukan Anies:

• Pengangkatan Dirjen sering diwarnai dengan politik praktis. Namun, Anies mengubah hal tersebut dengan menerapkan meritokrasi dalam pengangkatan Dirjen.
• Anies menginstruksikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyusun sistem seleksi Dirjen yang berbasis pada kompetensi dan kinerja. Sistem seleksi ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu seleksi administrasi, seleksi wawancara, dan seleksi uji kompetensi.
• Hilmar Farid berhasil lolos dalam semua tahap seleksi dan diangkat sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi pada tahun 2015. Hilmar Farid merupakan seorang akademisi dan peneliti di bidang pendidikan tinggi. Ia memiliki pengalaman dan kompetensi yang mumpuni di bidang ini.

Pengangkatan Hilmar Farid sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi merupakan langkah penting dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan. Pengangkatan ini menunjukkan bahwa Anies berkomitmen untuk mengangkat orang-orang yang kompeten dan berprestasi untuk memimpin Kemendikbud.